DAMPAK KEPEMIMPINAN OTORITER KEPALA SEKOLAH TERHADAP PRESTASI SISWA
A.
PENGERTIAN
GURU OTORITER
Guru
ialah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian kepada seseorang
atau sekelompok orang.
Orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif,
kognitif maupun psikomotorik.
Guru adalah
pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau
bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar
mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya
sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan
individu yang sanggup berdiri sendiri.
Pengertian
guru dapat dilihat dari dua sisa. Pertama secara sempit, guru adalah ia yang
berkewajiban mewujudkan program kelas, yakni orang yang kerjanya mengajar dan
memberikan pelajaran di kelas. Sedangkan secara luas diartikan guru adalah
orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung
jawab dalam membantu anak-anak dalam mencapai kedewasaan masing-masing.
Menurut Peraturan Pemerintah Guru
adalah jabatan fungsional, yaitu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam
pelaksanaan tugasnya didasarkan keahlian atau keterampilan tertentu serta
bersifat mandiri.
Menurut Keputusan Men.Pan Guru adalah Pegawai Negeri
Sipil yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang
berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah.
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Arti
dari kata otoriter sendiri adalah penguasa, sewenang-wenang, ingin menang
sendiri, egois, tidak mau mendengarkan pendapat orang lain seolah-olah dialah
yang paling benar. Guru otoriter adalah suatu guru yang mau menang sendiri
penguasa tidak mau mendengarkan pendapat siswanya selah-olah dialah yang paling
mengerti dibidangnya. Walaupun demikian guru adalah penguasa dalam kelas tetapi
walaupun dia seorang penguasa setidaknya dia harus menghargai pendapat orang
lain.
Guru
adalah pemimpin dalam kelas, ada teori tentang kepemimpinan otoriter biasanya
didasarkan atas perintah-perintah, paksaan, dan tindakan tindakan yang arbitrer
(sebagai wasit). Ia melakukan pengawasan yang ketat, agar semua pekerjaan
berlangsung secara efisien kepemimpinanya berorientasi pada struktur organisasi
dan tugas-tugas. Pimpinan tersebut
pada dasarnya selalu mau berperan sebagai pemain orkes tunggal dan berambisi
untuk merajai situasi. Karena itu dia disebut otokrat (dari autos=sendiri;
kratos=kekuasaan, kekuatan=penguasa) absolut keras.
Otoriter
(authoritarian) secara harfiah, otoriter berarti berkuasa sendiri atau
sewenang-wenang. Dalam PBM, guru yang otoriter selalu mengarahkan dengan keras
segala aktivitas para siswa tanpa dapat ditawar-tawar. Hanya sedikit sekali
kesempatan yag diberikan kepada siswa untuk berperan-serta memutuskan cara
terbaik untuk kepentingan belajar mereka. Memang diakui, kebanyakan guru yang
otoriter dapat menyelesaikan tugas keguruannya secara baik, dalam arti sesuai
dengan rencana. Namun guru semacam ini sangat sering menimbulkan kemarahan dan
kekesalan para siswa khususnya siswa pria, bukan saja karena wataknya yang
agresif tetapi juga karena merasa kreativitasnya terhambat.
Secara
umum, tipe pendidik ini bersifat ingin berkuasa serta semua kegiatan
diawasinya. Peserta didik kurang berkembang, namun dengan adanya tipe pendidik
ini, kegiatan pendidikan akan sejalur dengan kurikulum.
B.
CIRI-CIRI
GURU OTORITER
Seorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai seorang
pengajar, apabila bersikap otoriter akan menunjukkan beberapa ciri sebagai
berikut:
1.
Berorientasi pada tugas, dalam artian petunjuk atau
bimbingan yang diberikan kepada siswa berupa tugas semata, tanpa memperhatikan
hubungan manusiawi antara guru dan siswa.
- Inisiatif atau pendapat siswa jarang diperhatikan.
- Kurang percaya terhadap kemampuan siswa.
- Merasa paling benar dan selalu benar.
1. Dia
memberikan perintah-perintah yang dipaksakan, dan harus dipatuhi.
2.
Dia
menentukan plicies/kebijakan untuk semua pihak, tanpa berkonsultasi dengan para
anggota.
3. Dia
tidak pernah memberikan informasi-informasi mendetail tentang rencana-rancana
yang akan datang; akan tetapi hanya memberitahukan pada setiap anggota
kelompoknya langkah-langkah segera yang harus mereka lakukan.
4.
Dia
memberikan pujian atau kritik pribadi terhadap setiap anggota kelompoknya
dengan inisiatif sendiri.
Orang
yang otoriter sikapnya selalu menjauhi kelompoknya (menyisihkan diri) sebab dia
menganggap diri sendiri sangat istimewa atau “eksklusif”. Ringkasnya, dia
ibarat sebuah sistem pemanas kuno, yang memberikan energinya tanpa
mempertimbangkan iklim emosional lingkungannya. Pada intinya otokrat keras itu
memiliki sifat-sifat tepat seksama, sesuai dengan prinsip, namun keras dan kaku
tidak pernah dia mau mendelegasikan otoritas. Lembaga atau organisasi yang
dipimpinya merupakan a one-man show. dengan keras dia menekankan prinsip-prisip
“business is business” , waktu adalah uang, untuk bisa makan, orang harus
bekerja keras, yang dia kejar adalah kemenangan mutlak dan lain-lain. Sikap dan
prinsipnya sangat konservatif. Dia hanya bersikap baik terhadap orang-orang
yang patuh pada dirinya itu terhadap hamba-hamba yang setia dan loyal padanya.
Sebaliknya, dia akan bertindak keras serta kejam terhadap orang-orang yang
tidak mau membuntuti dirinya.
C. HUBUNGAN GURU DENGAN SISWA
Untuk
mendapatkan hasil belajar yang optimal, banyak dingaruhi komponen-komponen
belajar mengajar. Tapi di samping komponen pokok yang ada dalam kegiatan
belajar-mengajar, ada factor lain yang ikut mempengaruhi keberhasilan belajar
siswa, yaitu soal hubungan antara guru dan siswa. Hubungan guru dengan
siswa/anak didik di dalam proses belajar mengajar merupakan factor yang sangat
menentukan. Bagimana baiknya bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanpun
sempurnanya metode yang digunakan, namun jika hubungan guru-siswa merupakan
hubungan yang tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu hasil yang tidak
diinginkan.
Dalam
hubungan ini, salah satu cara untuk mengatasinya adalah melalui contact-hours
di dalam hubungan guru-siswa. Contact-hours atau jam-jam bertemu antara
guru-siswa, pada hakikatnya merupakan kegiatan di luar jam-jam prestasi di muka
kelas seprti biasanya. Perlu dikembangkan sikap demokratis dan terbuka
dari para guru dan ada keaktifan dari pihak siswa dan gureu harus bersikap
ramah sebaliknya siswa juga harus bersikap sopan, saling hormat menghormati, guru
lebih bersifat manusiawi, rasio guru dan siswa yang lebih bersifat
proporsional, masing-masing pihak bila perlu mengetahui latar belakang baik
guru maupun siswa. Ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan.
- perlu dedikasi yang penuh dikalangan guru yang disertai dengan kesadaran akan fungsinya sebagai pamong bagi anak didiknya/siswa.
- menciptakan hubungan yang baik antara sesama staf pengajar dan pimpinan, sehingga mencerminkan pola hubungan baik antara guru dan siswa.
- sistem pendidikan dan kurikulum yang mantap.
- adanya fasilitas dan ruangan yang memadai bagi para guru untuk mencukupi kebutuhan tempat bertamu antara guru dan siswa.
- rasio guru dan siswa yang rasional, sehingga guru dapat melakukan didikan dan hubungan secara baik.
- perlu adanya kesejahteraan guru yang memadai sehingga guru tidak terpaksa harus mencari hasil sampingan.
D.
DAMPAK
KEPEMIMPINAN OTORITER TERHADAP PRESTASI SISWA
Guru
merupakan aspek yang paling menentukan. Studi yang dilakukan oleh Marzano
menunjukkan bahwa prestasi siswa akan meningkat jika mereka ditangani guru yang
efektif, meskipun sekolahnya di bawah rata-rata, bahkan sangat tidak efektif.
Lebih-lebih jika guru maupun sekolah sama-sama efektif, pengaruhnya akan lebih
dahsyat. Sebaliknya, meskipun sekolah terbilang bermutu, prestasi siswa akan
merosot jika guru tidak efektif. Artinya, peran guru dalam menciptakan
keberhasilan siswa betul-betul sangat menentukan.
Ada tiga
faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dari aspek guru.
Pertama, strategi
instruksional. Ini berkait dengan kecakapan guru menyampaikan materi di depan
kelas. Ada 9 aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan menyampaikan materi.
Tetapi kita belum bisa mendiskusikannya saat ini.
Kedua, kecakapan
mengelola kelas (classroom management). Ada empat aspek yang terkait dengan
manajemen kelas, yakni penerapan dan penegakan aturan di kelas, strategi
pendisiplinan siswa, menjaga dan memperkuat hubungan yang baik antara guru
dengan siswa, serta merawat dan menguatkan sikap mental siswa.
Faktor kedua
ini sebenarnya perlu pembahasan yang sangat panjang, tetapi kali ini rasanya
cukup sampai di sini mengingat kesempatan yang sangat terbatas. InsyaAllah pada
lain kesempatan bisa kita perbincangkan secara lebih serius, termasuk terkait
dengan bagaimana mengelola anak-anak dengan perilaku bermasalah agar mereka
bisa belajar dengan normal sebagaimana yang lain dan tidak mengganggu teman
sekelasnya tatkala mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.
Ketiga, desain
kurikulum kelas. Ini berkait dengan bagaimana guru merancang kegiatan di kelas
secara terstruktur agar tujuan pembelajaran di kelas secara keseluruhan dapat
tercapai.
Untuk mendapatkan suatu prestasi
tidaklah semudah yang dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan
dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi. Penilaian terhadap hasil belajar
siswa untuk mengetahui sejauhmana ia telah mencapai sasaran belajar inilah yang
disebut sebagai prestasi belajar. Proses belajar yang dialami oleh siswa
menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam
bidang nilai, sikap dan keterampilan.[6]
Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh
siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru.
Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar.
Sikap-sikap
otoriter yang diterapkan seorang guru dalam mengelola pembelajarannya
seringkali membawa pengaruh yang kurang positif bagi para siswa, diantaranya:
1. Siswa
menjadi pasif dan mati inisiatifnya, yang pada akhirnya mengurangi ketertarikan
siswa untuk belajar.
- Siswa menjadi kurang mandiri dalam proses pembelajaran, karena selalu menunggu petunjuk dan arahan dari guru.
- Kepatuhan dan kedisiplinan siswa bersifat semu, hanya terjadi jika guru berada di dalam kelas atau di sekitar para siswa.
Pengaruh-pegaruh seperti ini
tentunya akan menurunkan prestasi belajar siswa. Minat bakat siswa tidak
tersalurkan, bahkan guru yang otoriter akan mematikan kreativitas pemikiran
siswa karena siswa ditenempatkan sebagai mesin yang digerakkan sesuai dengan
kemauan guru. Karena perlakuan yang demokratis jauh lebih memperhatikan
hubungan dan interaksi antara siswa dan guru, sudah sepatutnya pola ini
dikembangkan dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Dengan
gaya otoriter guru, peserta didik hanya akan aktif kalau ada guru dan kalau
guru tidak mengawasi maka semua ativitas menjadi menurun. Aktivitas proses
belajar mengajar sangat tergantung pada guru dan menuntut sangat banyak
perhatian guru. Dengan menurunnya aktivitas proses belajar ini akan berakibat
dengan menurunnya prestasi belajar siswa juga.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dalam
pengembangan karakter peserta didik di sekolah, guru memiliki posisi yang
strategis sebagai pelaku utama. Dengan demikian guru
memiliki tanggung jawab besar dalam perkembangan prestasi siswa termasuk
menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral.
Di
dalam dunia Pendidikan, sejatinya terjadi interaksi antara pendidik dan peserta
didik. Interaksi instruksional yang terjadi antara pendidik dan peserta didik
terdapat berbagai macam tipe. Tergantung karakteristik, gaya penampilan, dan
kepemimpinan pendidik.
Dengan
gaya otoriter guru, peserta didik hanya akan aktif kalau ada guru dan kalau
guru tidak mengawasi maka semua ativitas menjadi menurun. Aktivitas proses
belajar mengajar sangat tergantung pada guru dan menuntut sangat banyak
perhatian guru. Dengan menurunnya aktivitas proses belajar ini akan berakibat
dengan menurunnya prestasi belajar siswa juga.
B.
SARAN
Berdasarkan
pembahasan diatas, maka saran penulis adalah agar guru tidak otoriter dalam
berinteraksi dengan murid. Guru harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk
mengembangkan kreatifitasnya sehingga tidak menurunkan prestasi belajar siswa
dan menciptakan generasi yang memiliki intelektual tinggi dan karakter.
DAFTAR
PUSTAKA
Ngalim Purwanto.
1994. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, cet VII. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Ahmad Tafsir. 1992.
Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hadari Nawawi. 1982.
Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta: Gunung Agung.
Suardika. Kepemimpinan
Otoriter, dalam http://aritmaxx.wordpress.com/2011/04/03/
kepemimpinan-otoriter/, akses tanggal 9 Juni 2013.
Fika, Mei. Gaya
Pembelajaran Guru, dalam http://ayo-kita-belajar.blogspot.
com/2011/05/gaya-pembelajaran-guru.html, akses tanggal 9 Juni 2013.
Apa dampak positif guru yang otoriter tehradap muridnya???
ReplyDeleteDo you understand there's a 12 word phrase you can say to your man... that will trigger intense emotions of love and impulsive attractiveness for you deep inside his heart?
ReplyDeleteBecause hidden in these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's instinct to love, worship and protect you with all his heart...
12 Words That Fuel A Man's Desire Instinct
This instinct is so built-in to a man's mind that it will drive him to try better than ever before to take care of you.
Matter-of-fact, fueling this dominant instinct is absolutely important to getting the best possible relationship with your man that once you send your man one of the "Secret Signals"...
...You'll immediately find him expose his soul and heart to you in a way he never experienced before and he'll distinguish you as the one and only woman in the galaxy who has ever truly tempted him.