SENYAWA KOORDINASI
Secara umum senyawa kompleks atau senyawa koordinasi terbentuk dari ion
logam (ion pusat) yang dikelilingi oleh sejumlah ligan. Pada umumnya ion pusat
berasal dari ion-ion logam transisi karena ion logam transisi mempunyai
orbital-orbital kosong yang dapat berperan sebagai penerima elektron. Ion pusat
dalam
senyawa kompleks berfungsi sebagai penerima (akseptor) pasangan elektron.
Sedangkan ligan dapat berasal dari anion atau molekul netral yang mempunyai pasangan
elektron bebas untuk didonorkan pada ion pusat. Ikatan antara ion pusat dan
ligan terjadi karena adanya donor elektron dari ligan kepada ion pusat sebagai
akseptor pasangan elektron. Ikatan tersebut disebut ikatan kovalen koordinasi.
B.
LIGAN
Molekul atau ion yang mengelilingi logam dalam ion kompleks
dinamakan ligan. Interaksi antara
atom logam dengan ligan-ligan dapat dibayangkan bagaikan reaksi asam-basa
Lewis. Basa Lewis adalah ialah zat yang mampu memberikan satu atau lebih
pasangan elektron. Setiap ligan memiliki setidaknya satu pasang elektron
valensi bebas, seperti contoh berikut ini:
Jadi, ligan berperan sebagai basa Lewis. Sebaliknya, atom
logam transisi (baik dalam keadaan netral maupun bermuatan positif) bertindak
sebagai asam Lewis, yaitu menerima (dan berbagi) pasangan elektron dari basa
Lewis. Dengan demikian, ikatan logam-ligan biasanya adalah ikatan kovalen
koordinat.
Atom dalam suatu ligan yang terikat langsung dengan atom
logam dikenal sebagai atom donor. Contohnya,
nitrogen adalah atom donor dalam ion kompleks [Cu(NH3)4]2+. Bilangan koordinasi dalam senyawa koordinasi didefinisikan sebagai
banyaknya atom donor di seputar atom
logam pusat dalam ion kompleks. Contohnya, bilangan koordinasi Ag+
dalam
[Ag(NH3)4]2+ ialah 2, untuk Cu+ dalam [Cu(NH3)4]2+
ialah 4, dan untuk
Fe3+ dalam
[Fe(CN)6]3+ ialah 6.
Ligan mungkin berupa molekul netral (seperti
NH3 dan
H2O atau ion negatif (
Cl- dan CN-)
. Ligan, seperti
NH3 dan Cl-
mempunyai satu atom yang dapat terikat pada
ion logam yang disebut monodentat (satu
gigi). Di samping itu, ada ligan yang mempunyai dua atau lebih atom yang dapat
terikat pada ion logam, yang disebut bidentat
dan polidentat.
Ligan bidentat yang paling terkenal di antara ligan
polidentat. Ligan bidentat yang termasuk di antaranya anion diamin, difosfin,
dieter, dan
Beta-ketoenolat, dan yang
paling terkenal adalah etilendiamin, en, difos, glim, dan asetilasetonat acac.
Salah satu ligan bidentat ialah etilenadiamina (bisa
disingkat “en”):
Logam bidentat dan polidentat juga disebut agen pengelat (chelating agent) karena kemampuannya mengikat atom logam seperti
sepit (dari kata Yunani chele,
berarti “sepit” ata “cakar”.
Tabel 1 - Jenis ligan beserta
contohnya
Monodentat
|
Air
Klorida
Tiosianat
Amonia
Bromida
Tiosulfat
Sianida
Iodida
Nitrida
Hidroksida
Flourida
|
Bidentat
|
Oksalat
Etilendiamin Dietiltriamin
|
Polidentat
|
Etilendiamintetraasetat
(EDTA)
|
C.
ATOM PUSAT
Atom Pusat adalah suatu kation yang menerima elektron-elektron
dari ligan untuk membentuk suatu ion kompleks. Atom yang menyediakan tempat
bagi elektron yang didonorkan. Biasanya berupa ion logam, terutama logam
golongan transisi yang memiliki orbital d yang kosong. Contoh: Fe2+,
Fe3+, Cu2+, Co3+, dll.
Sebagai contoh, dalam pembentukan kompleks, seperti
perak klorida padat akan melarut dalam larutan amonia. Persamaan itu dapat
ditulis secara molekul sebagai:
AgCl(s) + 2NH3(aq) g
Ag(NH3)2Cl
Senyawa
Ag(NH3)2Cl disebut suatu “kompleks”. Sebenarnya, senyawa
ini bersifat senyawa ion. Yang berdisosiasi menjadi ion Ag(NH3)2
+ dan Cl-, dan spesies Ag(NH3)2 + disebut
“ion kompleks”. Ion kompleks perak-amonia dibentuk dalam tahap-tahap dengan
penambahan molekul amonia, yang disebut ligan, ke ion perak yang disebut ion
logam pusat.
Bentuk
molekul dengan atom pusat lebih dari
satu, merupakan kombinasi dari beberapa
bentuk molekul dengan satu atom pusat. Sebagai contoh adalah
ethane dan ethanol. Bentuk molekul ethane dapat dibentuk dengan dua buah CH3
dengan empat pasangan berikatan dan tanpa pasangan electron bebas. Maka
bentuknya adalah tetrahedral yang saling tumpang-tindih. Sedangkan ethanol,
untuk CH3 berbentuk tetrahedral; CH3 juga berbentuk
tetrahedral; dan atom O yang memiliki 4 grup electron dan dua pasangan electron
bebas maka bentuknya adalah V
(AX2E2).
Untuk ion dengan muatan sama (satu gol), interaksi elektrostatik
antara atom pusat dgn ligan akan semakin kuat dengan bertambahnya muatan inti
efektif atom pusat karena efek shielding orbital 5d > 4d> 3d. Muatan inti
efektif meningkat → ligan lebih tertarik ke atom pusat → interaksi
elektrostatik antara atom pusat dgn ligan akan semakin kuat → splitting orbital
d meningkat → medan kristal semakin kuat.
D.
NOMENKLATUR (TATA NAMA)
Bilangan koordinasi suatu ion logam ditentukan oleh sifat, bilangan
oksidasi, jenis ligand, dan lingkaran senyawa tersebut. Umumnya senyawa
koordinasi bernilai 2, 4, 6, dan 8 dengan struktur berturut-turut linear,
tetrahedral atau bujur sangkar, dan oktahedral.
Senyawa koordinasi diberi nama dengan aturan sebagai berikut:
1.
Dalam menuliskan rumus, kation ditulis didepan anion. Aturan
ini beerlaku umum untuk ion kompleks yang membawa muatan bersih positif atau
negatif.
Contoh:
K3[Fe(CN)6]
kita namai kation K+ terlebih dulu
2.
Dalam menuliskan nama, nama ligand disebut lebih dulu,
sesuai aturan abjed, dan diakhiri dengan nama ion logam.
Contoh:
Co(NH3)63- → ion heksa amina kobalt (III)
3.
Nama ligand anion diberi akhiran O.
a.
Akhiran ida diganti dengan O
Anion
|
Ligand
|
Klorida Cl-
|
Kloro
|
Bromida Br-
|
Bromo
|
Sianida CN-
|
Siano
|
Oksida O2-
|
Okso
|
b.
Akhiran at diganti dengan ito atau ato
Anion
|
Ligand
|
Karbonat CO32-
|
Karbonato
|
Tiosulfat S2O32-
|
Tiosulfato
|
Tiosianat SCN-
|
Tiosianato
|
Oksalat C2O42-
|
Oksalato
|
Nitrat NO2-
|
Nitrato
|
4. Nama ligand yang berbentuk molekul
netral diberi nama sesuai nama molekulnya. Misalnya:
H2O aqua
NH3 amina
- Jumlah ligand diberi awalan.
2= di 3= tri 4=
tetra 5= pennta 6=heksa
- Anion (ion logam) diberi akhiran at
Unsur
|
Anion
|
Unsur
|
Anion
|
Aluminium
|
aluminat
|
Besi
|
ferat
|
Kromium
|
kromat
|
Tembaga
|
kuprat
|
Mangan
|
manganat
|
Timbal
|
plumbat
|
Kobalt
|
kobaltrat
|
Perak
|
argentat
|
Zink
|
zinkat
|
Emas
|
aurat
|
Molibdenium
|
molibdenat
|
Timah
|
stannat
|
Tungstan
|
tungstat
|
Platina
|
platinat
|
Nikel
|
nikelat
|
- Bilangan oksidasi logam dalam senyawa koordinasi dinyatakan dengan angka Romawi didalam tanda kurung. Contoh:
Co(H2O)63+ ion heksaaquakobalt
(III)
CoCl63- ion
heksaklorokobaltat (III)
Ni(CN)42- ion
tetrasianonikelat (II)
Na3{Cr(NO2)6} natrium heksanitrokromat (III)
Cr(NH3)3Cl3 triaminatrikloromium
(III)
1.
Contoh
Penamaan Senyawa Kompleks dari Rumusnya.
Apakah nama senyawa berikut.
a. [Cr(H2O)4Cl2]Cl
b. K2[Ni(CN)4]
Jawab:
a. Ion kompleks adalah suatu kation bermuatan 1+. Ligan
terdiri atas 4 molekul aqua (aturan 4) dan 2 ion kloro (aturan 3). Penulisan ligan diurut secara alfabet: tetraaqua, diikuti dikloro. Jadi, tetraaquadikloro. Nama ligan ditulis terlebih dahulu,
kemudian nama atom pusat. Dengan demikian, nama senyawa kompleks tersebut
adalah tetraaquadiklorokrom(III)
klorida.
b. Ion kompleks berupa anion bermuatan 2–. Dengan
mengikuti aturan (1): kation ditulis terlebih dahulu, kemudian anion kompleks. Menurut aturan
(6): anion ditambah akhiran –at sehingga ditulis sebagai
nikelat Penulisan ligan mengikuti aturan di atas menjadi tetrasiano. Dengan
demikian, nama senyawa kompleks ditulis sebagai: kalium tetrasianonikelat(II).
2.
Contoh
Menentukan Rumus Senyawa Kompleks dari Namanya
Tuliskan
rumus untuk senyawa kompleks difluorobis(etilendiamin)kobalt(III) perklorat.
Jawab:
Ion
kompleks mengandung dua ion fluorida, dua etilendiamin, dan kobalt dengan
biloks +3. Dengan demikian, ion kompleks adalah suatu kation yang bermuatan:
(Co + 2en
+2Cl–) = +3 + 0 – 2 = 1+.
Oleh karena
jumlah total muatan ion kompleks 1+, ion perklorat bermuatan 1–. Dengan
demikian, rumus senyawa kompleks tersebut adalah [Co(en)2F2]ClO4.
E.
APLIKASI
IKATAN VALENSI PADA ION KOMPLEKS
Teori ikatan valensi, sangat
membantu dalam menjelaskan pembentukan ikatan dan struktur dalam golongan
utama. Ikatan valensi ini juga berguna untuk menjelaskan pembentukan ikatan
pada ion kompleks. Pada pembentukan ion kompleks, orbital dari ligan yang telah
terisi, elektronnya berhibridisasi (overlap) ke orbital ion logam yang masih
kosong. Ligan menyumbang pasangan electron bebasnya(basa lewis) untuk diterima
oleh ion logam (asam lewis) untuk membentuk satu ikatan kovalen dari ion
kompleks. Pada umumnya, untuk senyawa kompleks, jenis hibridisasi pada ion
logam(atom pusat) akan menentukan bentuk (geometri) dari ion kompleks tersebut.
Ligan pada ion kompleks
menyumbangkan sepasang elektron untuk membentuk suatu ikatan kovalen dengan
atom pusat. Jika suatu atom menyumbangkan sepasang elektron untuk digunakan
bersama disebut sebagai ikatan kovalen koordinasi. Jenis dan jumlah orbital
hibridisasi ion logam bergantung pada pasangan elektron bebas yang menentukan
bentuk geometri ion kompleks.
Pembentukan ikatan melibatkan beberapa tahapan,
meliputi promosi elektron; pembentukan orbital hibrida; dan pembentukan ikatan
antara logam dengan ligan melalui overlap antara orbital hibrida logam yang
kosong dengan orbital ligan yang berisi pasangan elektron bebas.
Pada hibridisasi yang melibatkan orbital d, ada dua
macam kemungkinan hibridisasi. Jika dalam
hibridisasi orbital d yang dilibatkan
adalah orbital d yang berada di luar kulit dari orbital s dan yang berhibridisasi, maka kompleks yang terbentuk
disebut sebagai kompleks orbital luar, atau outer orbital compleks. Sebaliknya, jika dalam
hibridisasi yang dilibatkan adalah orbital d di
dalam kulit orbital s dan p yang berhibridisasi, maka kompleks tersebut
dinamakan kompleks orbital dalam atau inner orbital compleks. Umumnya kompleks
orbital dalam lebih stabil dibandingkan kompleks orbital luar, karena energi
yang dilibatkan dalam pembentukan kompleks orbital dalam lebih kecil
dibandingkan energi yang terlibat dalam pembentukan kompleks orbital luar. Untuk
menghibridisasi orbital d yang berada di
dalam orbital s dan p diperlukan
energi yang lebih kecil, karena tingkat energinya tidak terlalu jauh.
Berikut akan
dijelaskan mengenai hibridisasi
d2sp3 dan
sp3d2 dimana terjadi pada kompleks yang mempunyai bentuk geometri oktahedral.
1.
Hibridisasi
Ion heksaaminkrom(III),
[Cr(NH3)6]3+, menggambarkan penerapan dari teori ikatan
valensi untuk kompleks berbentuk octahedral. Enam orbital yang belum terisi (2 orbital 3d, 1 orbital
4s, 3 orbital 4p) akan bergabung membentuk orbital dengan tingat energy yang sama, kemudian 6
molekul
NH3 memberikan masing-masing satu elektronnya
untuk mengisi orbital yang masih kosong. Electron dari orbital 3d yang tidak
berpasangan akan membuat ion kompleks menjadi paramagnetik.
Jika semua elektron berpasangan maka akan mengalami
penolakan dalam medah magnet, disebut sifat diamagnetik. Jika ada
elektron yang tidak berpasangan, maka akan mengalami penarikan oleh medan
magnet, disebut sifat paramagnetik. Makin banyak elektron yang tidak
berpasangan makin kuat sifat paramagnetiknya.
Pada
[Cr(NH3)6]3+ hibridisasi yang terjadi yaitu
disebut
d2sp3 dengan inner orbital
kompleks, karena orbital dipakai lebih rendah dari S dan P disebut juga low spin atau spin paired.
2. Hibridisasi
Pada
ion heksaflouroferat(III), [Fe(F)6]3-
terjadi hibridisasi
sp3d2 disebut dengan outer orbital, karena
orbital d yang dipakai lebih tinggi dari orbital s dan p, high spin atau spin free.
Struktur
inner orbital kompleks ion = [Co(NH3)6]3+,
[Mn(CN)6], [Cr(NH3)6]3+, [Cr(CN)6]3-
Struktur
outer orbital komplek ion = [Fe(NH3)6]2+,
[Ni(NH3)6]2+, [Cu(NH3)6]+,
[Cr(H2O)6]2+.
Jika pemisahan orbital-d
pada medan oktahedron adalan Δoct, tiga orbital t2g
distabilkan relatif terhadap sentroid sebesar 2/5 Δoct,
dan orbital-orbital eg didestabilkan sebesar 3/5
Δoct.
Stabilisasi medan kristal dapat
digunakan dalam menjelaskan geometri kompleks logam transisi. Alasan mengapa
banyak kompleks d8 memiliki geometri datar persegi adalah
karena banyaknya stabilisasi medan kristal yang dihasilkan struktur geometri
ini dengan jumlah elektron 8.
1.
Perhitungan CFSE
Crystal field st Hans Bethe
abilizationenergy berubah – ubah sesuai dengan struktur dan jenis ion kompleks.
Perbedaan energi orbital t2g dan eg Hans Bethe untuk kompleks
tetrahedral -4/9 kali untuk kompleks octahedral orbital t2g
mempunyai energi 0,27 ∆ lebih rendah dari pada kompleks hipotesis, bila ∆
adalah ∆ , untuk kompleks tetrahedral : CFSE = (0,27y – 0,18x) ∆. y merupakan
jumlah elektron di orbital e dan x merupakan jumlah elektron di orbital
t2g.
Pada gambar splitting oktahedral
terlihat bahwa orbital t2g mempunyai energi 0,4 Io dan energi pada
orbital eg adalah 0,6 Io sehingga untuk menghitung CFSE = (0,4 x – 0,6 y) Io.
Dimana x = jumlah elektron di orbital t2g dan y = jumlah elektron di orbital
eg. Contoh jumlah elektron d = 7, t2g = 5 dan eg = 2.
CFSE = (0,4 x – 0,6 y) Io
= (0,4 . 5 – 0,6 . 2 ) Io
= (2 – 1,2 ) Io
= 0,8 Io
= (0,4 . 5 – 0,6 . 2 ) Io
= (2 – 1,2 ) Io
= 0,8 Io
Jadi dengan kata lain CFSE dapat dihitung dengan rumus umum, yaitu :
CFSE = energi pada t2g.x – (energi dari eg .y)
DAFTAR PUSTAKA
Andika Himawan, Ahmad. Dasar Teori untuk
Pembentukan Ikatan dan Sifat dari Kompleks. http://tekim.undip.ac.id/staf/istadi/files/2012/10/AhmadAndikaHimawan_21030112120021_Rabu1030.pdf (akses tanggal 22 Februari 2013).
Anonim.
Teori Ikatan Dalam Kompleks. http://www.scribd.com/doc/53182596/bab-iii-teori-ikatan-dalam-kompleks
( akses tanggal 24 Februari 2013).
Anonim. Teori Medan Magnet. http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_medan_kristal (akses tanggal 22 Februari 2013).
Budiman, Arif. Senyawa Koordinasi. http://melixchemist.blogspot.com/2012/05/senyawa-kompleks-atau-senyawa.html (akses tanggal 20 Februari 2013).
Budisma. Pengertian dan Contoh Ion Senyawa Kompleks.
http://budisma.web.id/materi/sma/kimia-kelas-xii/senyawa-kompleks/ (akses tanggal 23 Februari 2013).
Chang, Raymond.
(2005). Kimia Dasar Jilid 2,
Jakarta: Erlangga
Cotton, wilkinson. 2007. Kimia Anorgani Dasar. Jakarta: UI Press
Day,
Jr, R. A.,
Underwood, A. L. (1989). Analisis Kimia.
Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Fitriana, Ayu. Senyawa Koordinasi (Senyawa Kompleks). http://tekim.undip.ac.id/staf/istadi/files/2012/10/AyuFitriana_21030112130095_rabu.pdf (akses tanggal 22 Februari 2013).
Incrediblenglish. Pembentukan Kompleks (Hibridisasi). http://bankimia.blogspot.com/2012/02/pembentukan-kompleks-hibridisasi.html
(akses tanggal 22 21 Februari 2013).
Maria Kuswati,
Tine. (2007). Sains Kimia 3 untuk SMA.
Jakarta: Bumi Aksara
Syukri. (1999). Kimia Dasar 3. Bandung: Penerbit ITB
Ok
ReplyDelete